Aku mengeluh, melenguh
Pada titik-titik dosa yang kulalui dengan kehampaan dan pembenaran
Seolah Tuhan tidak menyaksikan tiap baris langkah yang kutorehkan
Aku mengeluh, melenguh
Pada genangan goresan luka yang kusayatkan
Pada pohon-pohon perdu yang berdiam berharap
Aku mengeluh, melenguh
Pada sosok ‘aku’ yang tertawa riang
Sementara matanya nanar tak bergerak
Dipenuhi gelembung lahar pecah berhamburan
Aku mengeluh, melenguh
Pada kediaman diri akan gumpalan hitam yang meraja
Seolah tak memberi pagar atas batas nyata, maya, baik, buruk
Aku mengeluh, melenguh
Pada hampa akan dunia yang menggoreskan cerita
Aku ada dalam gelimang pedih yang tak bertepi
Merasa sendiri dalam jenuh yang tak terperi,
Meringkih berlari, meratapi diri
Aku mengeluh, melenguh
Di hari dimana harusnya senyum penuh canda
Tawa penuh riang, tangis bersama bahagia
Rindu bersama rima bertahta dalam jingga
1 komentar:
Kini tanyaku datang padamu
kenapa kau mengeluh, melenguh?
langit sempat berdongeng padaku
janganlah mengeluh di atas hidup
dan Tuhan pun tentunya melihatmu
meski kau hanya satu di antara ribuan makhluk
ciptaan-Nya
Hai, salam kenal.
Puisinya bagus bgt, msuk di hati. :)
Maaf, numpang menorehkan sebait puisi sahutan untukmu.
Posting Komentar