Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

UNGKAPAN HATI SEORANG ISTRI

Aku tahu kau sibuk dengan pekerjaanmu yang menggunung, maka itu aku berusaha untuk mengerti keadaan itu. Sama sepertiku, aku juga sibuk sekali dengan pekerjaan yang sangat memusingkan itu. Tapi sebagai istri yang tinggal terpisah jauh darimu, aku mohon kau juga mencoba mengerti bahwa aku juga perlu kehadiranmu di sini. Ketika hatiku sedang gundah gulana karena rindu, ketika hatiku sedang dirundung sepi yang tak berkesudahan. Maka kumohon padamu untuk menyisihkan sedikit saja waktumu untukku.

Bukankah dalam tujuh hari ada satu hari untukmu beristirahat. Hari itu, kalau tak salah bernama hari Minggu. Di kalendermu ada hari itu kan? Seperti juga di kalender yang sedang kupandangi sekarang. Dan seharusnya isi hari di kalendermu dan kalenderkupun sama, hari ini hari Minggu kan? Bukankah harusnya kau beristirahat dari pekerjaanmu? Lalu bisakah hari ini untukku?

Tidak, aku tidak memintamu untuk terburu-buru pulang ke rumah hari ini juga. Aku tahu jaraknya sangat jauh, perlu waktu cukup lama untukmu harus pulang ke rumah dan menemuiku.

Bisakah hari ini kita online sebentar, aku ingin melihat wajahmu, aku ingin melihat wajah suamiku yang sudah lama sekali tak menemuiku. Apakah kau masih seperti dulu? Wajah manis yang berhasil mempersuntingku itu, apakah masih tetap segar seperti ketika terakhir kali aku melihatmu? Aku ingin melihat pundakmu, apakah masih setegap ketika aku terakhir kali bersandar di situ? Atau tubuhmu, apakah masih sepadat terakhir kali aku memelukmu? Atau jangan jangan-jangan kau sekarang sudah jauh lebih gemuk, atau sedikit lebih kurus.

Kalau tak bisa online, bisakah kau menelponku dan merayuku seperti ketika kita bertemu? Atau seperti ketika malam pertama kau mempersuntingku? Aku kangen sekali ingin mendengar rayuanmu itu. Anggap saja aku ada di sampingmu, dan kau ada di sampingku. Seperti yang biasa kau katakan

“Abi selalu ada di manapun Umi ada.”

Ingat kan kalau kau pernah mengatakan itu? Harusnya kau ingat, karena kalimat itu kau sendiri yang ucapkan. Tapi kalau tidak, ya sudah tak apa.

Bagaimana? Bisa tidak kalau hari ini untukku?

Hanya satu hari ini. Hanya ketika hari Minggu datang. Atau kalau kau tak sempat di hari Minggu, mungkin karena pekerjaanmu benar-benar menumpuk, bisakah luangkan waktumu sedikit saja untukku di malam Minggu. Ya, seperti ketika kita pacaran dulu. Waktu kita masih belum syah terikat dalam sebuah ikatan pernikahan, hampir setiap malam Minggu kau mengunjungiku, menyapaku, mengucapkan kata-kata yang sangat manis di telingaku.

Enam hari dalam satu Minggu yang kita lalui kuakui akupun sibuk dengan seonggok masalah dan kegiatan yang memusingkan kepala. Dan tak jarang aku sendiri sering lupa untuk membangunkanmu shalat subuh, juga sering sekali tak ingat untuk mengajakmu makan siang, dan malam hari terkadang aku malah tak terpikir untuk mengajakmu tidur.

Hari ini aku ingat, aku ingat semuanya. Tapi aku tak berani mengganggumu.

Hanya sekali aku menelponmu hari ini, sebenarnya untuk mengatakan kalau aku merindukanmu. Tapi suaramu terdengar malas-malasan, jadi ucapan rindu itu terkurung di hatiku. Lalu telponnya terputus.

Dan baru sore hari kau menelponku lagi, kau bilang ingin memelukku, sama ... aku pun sebenarnya ingin sekali memelukmu. Dan aku membayangkan kau ada di sini bersamaku, di sampingku, benar-benar memelukku. Tapi, mungkin aku terlalu terhanyut dalam bayanganku, terlalu berharap kau akan mengatakan ucapan sayang dan rindu yang lain, tapi kau justru mengatakan hal lain.

“Abi mau tidur.”

Hufff ... hatiku miris, perih. Kau tahu kan kalau aku kesal aku tak ingin bicara apa-apa, lalu dengan sengaja telponnya kuputuskan. Silahkan, kalau kau mau tidur. Aku tak akan mengganggu. Meskipun sebenarnya aku ingin memelukmu lebih lama, meskipun aku tahu pelukan itu hanya ada dalam banyanganku saja.

Adzan sudah menggema, aku harus mempersiapkan banyak hal untuk pekerjaanku besok. Dan itu artinya kebersamaan kita sudah berakhir hari ini. Berakhir dengan air mata, sama seperti Minggu lalu, juga dua Minggu lalu dan tiga Minggu yang lalu.

Padahal aku ingin hari Minggu yang indah denganmu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar